BUA5GfG8GpW8TUr0TUGpBSA6Td==

DRIVER BUS LORENA SELAMAT DARI KECELAKAAN MAUT KARENA SEDEKAH


Ini kisah lama. Kejadian sekitar tahun 2013. Waktu saya sempatkan untuk mengantar Ria Agustini ke Sumatera Barat, tepatnya Kota Solok. Ria berencana menemui ibunya sebelum berangkat ke negeri Singa dan lanjut ke negeri Gajah.  Ria yang sedang kesal dengan adiknya Si Bujang, terus saja ngedumel dan curhat ke saya. Sebagai sahabat lama Ria yang sudah belasan tahun, saya tahu persis sifat Ria. Kalau sudah kesel ngomel terus ga ada berhentinya. Curhat terus di ulang ulang peris kaset kusut, ha ha ha. Bagaimana Ria ga kesel banget sama Si Bujang, sebelum berangkat ke Negeri Singa dia sudah meminta adiknya itu untuk menjual beberapa prabot rumah seperti almari dan sofa serta bufet dan televisi 50”, tapi Si Bujang bilang “sudah sih kasihkan kakak saja” dan sampai Ria sudah waktunya berangkat barang – barang tersebut belum juga dijual Si Bujang. Saya sebagai pendengar yang baik hanya bisa mengularkan satu kata “sabar’ ha ha ha.  

Kami naik Bus Lorena Tujuan Kota Padang dari Pull Jl. RA Kartini – Jakarta Selatan. Sebenarnya saya sudah minta naik pesawat, tapi Ria besikeras mau naik bus, katanya mungkin ini perjalan kita terakhir kalinya. 18 tahun kita bersahabat, saya sudah punya anak 2 dan Ria Agustin tetap memilih sendiri, akhirnya pilihan hidup menjadikannya bekerja dan tinggal di luar negeri juga meninggalkan saya, lelaki yang tak berani mengabil resiko. Kami duduk persis dibelakang supir, dari logat dan bahasanya saya tahu ini supir pasti orang Padang. Berangkat dari Jl. Kartini langsung masuk Tol Lebak Bulus menuju Merak. Di Tol Jakarta – Tangerang beberapa penumpang minta berhenti di Rest Area Pinang. Ada yang mau buang air kecil, ada juga yang beli permen. Pemandangan yang menarik Supir Bus Lorena memanggil pengemis dan pengamen mendekat padanya dan membagikan uang receh dari kantong kresik.   Masing masing Ia bagikan segenggam, tanpa menghitung berapa jumlahnya.  Hampir setengah isi kantong kresek hitam Ia bagikan. Lalu Supir menelepon anaknya dan mengatakan dia sudah membagikan uang receh sesuai permintaan anaknya. Dari percakapannya mereka bahagia sekali dan anaknya berpesan uang itu harus habis sebelum sampai Kota Padang.

Bus pun berangkat kembali. Masih di area Tol Tangerang – Merak, tiba-tiba  ada 2 bus pariwisata dan 1 mobil Pajero Sport menyalip bus kami, sepertinya mereka sedang kejar -kejaran. Supir Lorena kesal dan ikut manambah kecepatan, menyalip dan menahan 2 bus pariwisata dibelakangnya, sedangkan Pajero melesat kedepan. Tiba – tiba ‘Duar’ terdengar ban meletus dari arah kanan belakang Bus Lorena. Terpaksa Supir mengurangi kecepatan dan mengalah dilewati 2 bus pariwisata. Supir mengarahkan keluar lewat gerbang Tol Serang Timur untuk memeriksa ban. Sebelum gardu tol mobil berhenti, supir dan kenek memeriksa ban dan anehnya tak ada ban yang kempes apalagi pecah. Supir naik Kembali dan menjelaskan kepada para penumpang. Namun kami semua tidak ada yang percaya kejadian tersebut, jelas ko ditelinga, saya mendengar ban melutus sebelah kanan belakang dan teras mobil tidak seimbang.  Supir jalan kembali. Dia harus keluar tol dan masuk kembali. Kami satu bus masih membahas kejadian tadi. Setelah sekitar 10 menit melaju di tol, kami melihat kejadian yang tak biasa. 2 Bus Pariwisata dan beberapa mobi pribadi mengalami kecelakaan beruntun. Penumpang ada yang mengucap ‘istighfar’ ada juga ‘alhamdulillah’ atau ‘innalilahi’ dan semua ramai berasumsi, persis seperti rombongan anak taman kanak kanak, ‘berisik’.

Supir melambatkan busnya. Dari kaca sepion saya melihat wajahnya memerah dan menahan haru. Lalu saya bertanya, “Ko bisa ya Bang, tadi kita ban terasa pecah ga taunya ga apa apa dan selamat dari kecelakaan”. “mungkin karena do’a anak saya dan sedekah saya tadi di rest area” jawabnya dengan suara yang berat. Ia sudah menggemgam HP, terlihat ingin menelepon, tapi ga jadi dan melanjutkan pembicaraan, “anak saya setiap hari mengumpulkan uang receh logam dan kalau saya berangkat ia meminta saya untuk membagikannya di sepanjang jalan”. Ia berhenti sejenak dan pandanganya menoleh ke saya “kata anak saya sedekah ga akan bikin Ayah miskin, malah akan membuat Ayah Bahagia” Ia Kembali manatap kedepan. Dari spion saya melihat ada kecil air mata mengembang disudut matanya.  Ria yang sepanjang jalan cerewet, sejak melihat kejadian tadi Ria terdiam saja. Tanganya menggenggam bahu kanan saya. Genggamnya makin kencang dan air manatanya menetes. Tak ada suara yang trdengar dari bibirnya. Tiba tiba Ria mengambi HP nya dan menelepon serta berkata “Buyung kau kasihkan sofa dan buffet serta almari ke kakak ya dan TV ke tetangga kita yang diujung jalan Bu Laras”. Oh ternyata kepada Si Buyung Ria menelepon. “ga jadi dijual Ka Ria” jawab Buyung” “ga….. kau kasihkan saja sesuai perintahku” jawab Ria tegas. “kenapa Ka, tadi pagi kakak marah marah karena belum Aku jual” tanya Buyung bingung. “Sudahlah nanti kakak ceritakan setelah ketemu Ibu” jawab Ria pelan tapi tegas dan menyudahi pembicaraan sambal berucap assalamualaikum. Ria masih terdiam, genggamnya mengendur dan menatapku. Aku tersenyu sambal mengucap alhamdullilah. Ria membenamkan mukanya ke dadaku. 

Mengenang Ria Agustini 15 Agustus 2020.

Komentar0

Type above and press Enter to search.