BUA5GfG8GpW8TUr0TUGpBSA6Td==

Kisah Ir. H. Nuroji, MSi Dalam keadaan terhimpit ditolong sesama pengendara vespa tua.


Lupa tanggalnya, iangat tahunnya. Sekitar bulan September 2021, saya mampir ke Warung Makan Betawi Ngumpoel di daerah Beji – Depok. Saya ingat hari itu ulang tahun sahabat lama saya  Ir. Nuroji, biasa saya panggil Bang Oji. Bang Oji adalah anggota DPR RI saat ini dan sejak 15 tahun yang lalu dari Partai Gerindra. Setelah makan dengan sayur asem dan pecak ikan mas tambah semur jengkol kami ngobrol santai di ruang gallery di lantai 2.  Ngobrol masa lalu ketika sama sama kerja di harian Jurnal Nasional sampai akhirnya saya terkesan dan tertarik untuk menulis cerita ini.

Sekitar tahun 2004, Bang Oji Bersama Istrinya Mpo Kiki memulai usaha pembuatan kaus dan bendera partai. Maklumlah tahun itu adalah tahun pemilu dan sedang ramai ramainya kebutuha kaus dan bendera parta. Memulai bisnis baru tidaklah mudah. Setelah mendapatkan order pertama dari Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) sebanayak 200 kaus. PKPB merupakan partai politik baru saat itu yang didirikan oleh Siti Hardianti Rukmana (Mba Tutut). Jumlah pesanan 200 buah kaos untuk sebuah partai politik tentu bukanlah jumlah yang besar, namun bagi bang Oji adalah sebuah awal yang sangat berarti.

Setelah banyak mendapatkan informasi soal bahan dan proses produksi kaus, Bang Oji memutuskan untuk membeli sendiri bahan kaus ke Pusat Grosir Tekstil Tanah Abang. Gulungan bahan kaus ini harus dibawa sendiri dengan sepeda motor vespa dari Tanah Abang ke PIK atau Perkampungan Industri Kecil di Cakung – Jakarta Timur. “Mau gimana lagi adanya hanya vespa tua waktu itu” demikian kata Bang Oji dengan semangatnya bercerita. Gulungan tekstil ini cukup Panjang dan besar, beratnya sekitar 30 kg per gulungan. Ada 3 gulungan yang diikan di belakang vespa. Entah karena lelah atau beban yang berat Bang Oji kehilangan kesimbangan dan terjatuh tersrempet mikrolet tepat berada di bawah jembatan layang seberang TPU Karet Bivak. Mikrolet tersebut kabur meninggalkan Bang Oji yang tergeletak. 

Tertindih vespa dengan muatannya, tidak mudah bagi Bang Oji untuk bangkit lagi. Ia terhimpit, sudah berupaya bangkit tetap saja tidaka bisa. Akhirnya pasrah berharap ada orang yang akan menolongnya, tapi ternyata tidak ada satupun orang dan pengendara yang lalu lalang membantu Bang Oji. Entah karena takut beberusan dengan korban sengol mikrolet atau mereka sudah tidak punya lagi rasa peduli terhadap sesama. “maklum ini Jakarta” kata Bang Oji sambal ketawa. Pada saat yang sulit tersebut, lewatlah pengendara vespa tua melintas. Pengendara itu meliwati dirinya sambal memandang Bang Oji. Bang Oji berfikir ia sama dengan pendara lainnya, hanya lewat saja tidak akan peduli. Tapi ternyata vespa tua itu kembali lagi.  “kenapa Pak” tanya nya . “disenggol mikrolet Pak’ jawab Bang Oji. Akhirnya orang itu membantu mengakat vespa dan muatannya, sehingga Bang Oji terbebas dari himpitan. “bapak nga kenapa - napa kan”. “ga ada yang terluka?” tanya pengendara vespa tua dengan kawatir. Lalu pengandara vespa tua itu mengangkat kembali gulungan tekstis ke ataas motor dan bersama Bang Oji merapikan lagi ikatan gulungan bahan kaus. 

Setelah selesai dan rapi Bang Oji sudah siap berangkat lagi, pengendara vespa tua itu pamit dan mengingatkan Bang Oji untuk berhati-hati lalu pergi begitu saja. Bang Oji menatap sang penolong pergi dengan vespa tuanya. Orang itu tak berharap apapun bahkan memperkenalkan namapun tidak, sepertinya menolong sesama pengendara vespa adalah sebuah kewajiban baginya dan bukan sesuatu yang istimeawa. Itulah kepedulian dan solidaritas pengendara vespa. Belakangan Bang Oji baru paham, memang jika sesama pengendara vespa tua bertemu atau berpapasan di jalan, akan saling memberi salam dan saling peduli, walau Cuma membunyikan klakson. 

Hns/Warung Betawi Ngumpoel/ 23

Komentar0

Type above and press Enter to search.