Gw ceritakan khusus untuk pembaca Salam Satu Aspal. Kisah ini terjadi tahun 2018. Selepas operasi tumor yang meluluhlantakkan dagu Gw dan juga ekonomi keluarga. Dengan Shienta putih Gw bangkit dan cari rezeki, lewat taxi online GOCAR, walau sakit masih mendera. Rabu malam, jam 11 lewat 21 menit. Kebun Binatang Ragunan yang sepi tempat Gw mangkal setelah mengantar ke DPP Gerindra. Setengah gelas kopi tersisa, tiba-tiba ada notifikasi, minta dijemput di RS Fatmawati diantar ke ancol. Cewe. ‘Ika’ namanya. Begitu data akun. Hemmm ambil deh… udah lama ga liat pantai. Yah sekalian Gw nongkrong di pantai, menikmati angin malam, pikir Gw.
Dari lobby rumah sakit naik seorang wanita dengan kaos hitam lengan panjang, celana jeans biru dan kerudung batik hitam. Dewasa, sederhana dan cantik. Deg…. duduk disebelah Gw. Jarang penumpang wanita duduk di depan, sendiri pula. “malam Ka” sapa Gw dan mulai jalan. “kamu kenal saya” iya menatap tajam, tanpa senyum. “ga Ka” bantah Gw sambal menggeleng. “lah itu manggil Ka” katanya tegas. “oh maaf, maksud saya kaka” buru buru Gw jawab. “oh”. Iya menatap lurus ke depan dan memperhatikan jalan Fatmawati. Masuk gerbang Tol Lingkar Luar Gw menyalakan music lawas ‘Juwita malam’ karya Ismail Marzuki… “tolong ganti dengan, Kali Terakhir Kulihat Wajahmu, dari youtube ya” tiba-tiba iya meminta padahal baru juga reff. “Uji rasyid” kata Gw memastikan “yap” katanya sambil menoleh dan tersenyum ke Gw. Senyumnya tipis, memendam rahasia.
Musik mulai mengalun
Dalam dakapan senja……..
Ku renungi sinar matamu……….
Berat rasa melepaskan…….
Dikau pergi…..
Gw terdiam dan sempat Gw lirik dia, wajahnya menahan kesedihan, kesedihan yang dalam. Sebenarnya lagu classic melayu era 70an dari Malaysia ini, Gw ga berani lagi mendengarkannya. Kenangan bersama ‘Fathia’ terlalu memilukan. Lagu karya Ahmad Nawab yang pas dinyayikan oleh Uji Rashid sangat menyentuh hati yang mendengarnya, terlebih seseorang yang kehilangan.
Malangnya…..
Bencana menimpa……
Kau telah pergi…..
Untuk selamanya…..
Tak Kembali…..
Pada saat terakhir…..
Ku melihat paras wajahmu….
Kau bisikkan hanya saying…..
Kepadaku….
Dia menangis pelan, sambal mengusap airmatanya dengan saputangan, lalu membuka HP. Melihat foto foto dan bercerita. “Bang, kenapa orang baik, cepat sekali dipangil tuhan” iya mengawali cerita dengan pertanyaan yang ga perlu gw jawab. “Suami saya yang baik dan tanggung jawab, yang sangat sayang sama saya dan anak anak. 6 tahun lalu meniggal. Dia Pemuda Malang yang hobby banget jalan jalan dan motret, jadi ga ada moment yang terlewatkan. Mulai anak anak kecil, masuk sekolah Shifa Budi, jalan jalan ke daerah ke candi atau tempat bersejarah, kadang ke Pulau Bidadari atau sekedar makan di warung Si Doel Alam Sutera”. Gw biarkan dia bercerita sambal terus melihat foto foto di HP. Gw biarkan pipinya basah. Gw terus mengemudi masuk Ancol dan tanpa diperintah Gw menuju Pantai Carnaval. Dia lanjutkan ceritanya. “terakhir suamiku, mengajak jalan berdua ke ancol malam sabtu, karena anak anak ada kegiatan kemping dari sekolah. Dia kepengen banget duduk di Pantai merasakan ombak dikaki. Berdua ajah” Sejenak iya melihat ke Gw dan Gw tetap menatap ke Pantai di depan mobil yang parkir. “Setelah sholat isya tiba tiba iya jatuh dan lemas” lanjutnya dengan air mata yang meleleh. “Saya panik dan meminta tolong tetangga, berangkat ke RS Fatmawati” tangisnya terhenti dia mengusap air mata dengan saputangan hijau. “diperjalanan suamiku terus kutuntun untuk menyebut ‘Alah’ ‘Allah’ ‘Allah’ zikir yang tak pernah lepas dan sering ku ucapkan” dia menahan bibirnya dan melanjutkan “suamiku terus berzikir dan tiba tiba Mas Gandhi mengatakan ‘hanya sayang sama Aku’, lalu iya pergi untuk selama lamanya” Gw jelas mendengarnya dan bahu Gw tertahan di jok. Kaku… sambal megang stir dengan kencang. Aku terbawa sedih, suaminya Mas Gandhi namnya, pergi persis seperti lagu Uji Rashid. “Aku kehilangan Mas Gandhi malam ini Bang. Maaf ya sudah ikut mendengarkan curhatku” Iya mengahiri ceritanya dan keluar ke pantai setelah memintaku menunggu karena iya mau kembali ke rumahnya di Cibubur.
Gw menunggu dalam pilu, mengenang Fathia Rivera yang hilang setelah menyayikan lagu Uji Rashid ‘Kali Terakhir Kulihat Wajahmu’ dalam malam di café daerah Rasuna Said – kuningan dan Fathia meninggalkan secarik kerta, yang bertuliskan ‘Tolong jangan cari Aku, karena Aku terlalu sayang sama kamu dan kita tak mungin bersama. I Love You and Good bay’.
Hans/Uji Rashid/11.23
Komentar0